Bermain merupakan tabiat manusia. Sejak jaman manusia purba hingga manusia modern dan amat sangat modern kelak, saya kira manusia tidak akan terlepas dari bermain. Dan industri game akan tetap ada. Bermain game ini sebenarnya adalah cara untuk mengenang masa-masa SMA dulu. Masa-masa yang tidak pernah memikirkan tagihan bulanan, yang tahunya cuma main, latihan sepak bola, ngajar TPA, dan baca komik.
Di Indonesia, data tahun 2018 menyatakan bahwa pertumbuhan industri game berkisar antara 25 – 30 persen setiap tahun. Lalu dari survei yang dilakukan pada tahun 2017, tercatat bahwa nilai industri game Indonesia mencapai kisaran 800 juta dollar AS.
Wow, angka yang cukup besar!
Game akan tetap ada. Perkembangan teknologi bakalan membuat game menjadi lebih canggih. Lebih riil. Dan, tentu saja, lebih asyik. Sewaktu bayi kita suka bermain. Di masa kanak-kanak dunianya adalah bermain. Dan saat dewasa, kita ingin sekali bisa bermain sesuka hati. Katanya, orang dewasa yang bermain game dipercaya memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi. Bermain game bisa dikategorikan sebagai aktivitas relaksasai.
Peneliti lain, Allan Reiss dari Stanford Univeristy School of Medicine, menemukan bahwa terdapat pengaruh yang lebih besar pada otak ketika bermain game. Bagian otak yang menyangkut kesenangan dan ketergantungan menjadi lebih aktif.
Jadi, ternyata kesimpulannya main game itu bisa menjadi lebih bahagia. Karena itu untuk para istri, jangan usik kebahagiaan suami yang walau sebentar. Biarkanlah dia bermain game untuk sekadar “melupakan sebentar” beban tagihan dan biaya beli susu buat si kecil. Ingat ya, cuma sebentar doang. Kalau udah terlalu lama, jangan ragu untuk “menjitaknya” lho … !!
Source: papahnewbie.wordpress.com