Bos Kaya Yang Makan 10 Ribu vs Karyawan Yang Makan 600 Ribu. Nasihat Dari Si Bos, Bikin Kamu Merasa Ditampar Bolak – Balik !

Diposting pada

Istirahat makan siang bagi seorang pegawai kantoran adalah jam – jam dimana mereka mencoba menjernihkan pikiran sementara dari penatnya bekerja. Kira – kira bagaimana perbedaan seorang CEO alias Chief Executive Officer dan seorang karyawan dalam memilih menu makan siang? CEO tersebut bernama Pak Andhika. Pak Andhika memimpin sebuah content agency dimana menyajikan berbagai macam konten yang dibutuhkan oleh sebuah perusahaan. Kesehariannya pun bisa dibilang cukup sibuk. Mulai dari rapat internal hingga membalas beberapa email atau surel elektronik dari orang – orang yang ingin menggunakan jasanya. Sedangkan, karyawan yang akan menjadi contoh adalah Anya. Seorang wanita yang bekerja di sebuah coworking space. Dirinya bertugas untuk mengatur orang – orang yang akan menggunakan coworking space di daerah Jakarta Selatan ini. Keseharian Anya juga bisa dibilang lumayan sibuk karena harus mengatur jadwal orang – orang yang ingin menggunakan beberapa ruangan tersebut.

Ketika jam makan siang. Pak Andhika memilih untuk berjalan kaki dan melihat – lihat makanan yang ada di sekitar kantornya yang memang berada di daerah perumahan. Dengan santai dirinya berjalan kaki menyambangi beberapa warung makan yang ada di pinggir jalan. Di sisi lain, Anya juga pergi dengan bosnya untuk makan siang dengan menggunakan mobil. Anya dan bosnya akan makan di restoran yang cukup dikenal di bilangan Jakarta Selatan. Ketika ditanya apakah mereka pernah membawa bekal untuk makan siang, Pak Andhika menjawab dirinya membawa bekal jika dibuatkan oleh mertua. Namun, hal itu sangat jarang terjadi. Anya pun berkata dirinya tak pernah membawa bekal ke kantor.

Tak butuh waktu lama Pak Andhika sampai di sebuah warung kecil pinggir jalan. Ketika ditanya ingin makan apa siang itu, Pak Andhika dengan singkat menjawab hanya ingin makanan yang berkuah saja. Sederhana sekali kemauan Pak Andhika ini. Dengan cepat sang pemilik warung makan menyendok nasi dan memilihkan lauk sesuai pesanan Pak Andhika. Pak Andhika hanya memesan lauk kerang, ikan asin, tempe dan sayur bayam. Di sisi lain Anya dan bosnya memesan berbagai macam penganan mulai dari udang, daging sapi, daging bebek hingga beberapa sayuran matang. Ketika di tanya biasa makan siang dengan siapa dan apa topik yang mereka bicarakan ketika makan siang. Mereka menjawab dengan cara yang berbeda. Anya menjawab dirinya biasa ngobrol tentang hal di luar kantor. Sedangkan, Pak Andhika biasanya membicarakan tentang kantor dan jarang sekali membicarakan permasalahan pribadi.

Lagi – lagi alasan sederhana dilontarkan Pak Andhika ketika di tanya kenapa memilih untuk makan di warung tersebut. Dengan santainya Pak Andhika menjawab di tempat tersebut banyak pilihan makanan. Sedangkan Anya yang memilih makan di restoran mahal karena hari itu merupakan awal bulan dan dirinya ingin memberikan semacam penghargaan atas dirinya sendiri. Pak Andhika pun ketika ditanya apakah tidak malu jika makan di pinggir jalan dan nanti ditertawakan oleh anak buahnya. Dengan santai Pak Andhika memberikan wejangan. “Jangan sampai uang mengubah kita. Menurut saya, uang itu seperti amunisi. Dipakai sama nggak dipakai terserah dari kita sendiri. Nggak usah terlihat kaya di depan orang lain. Esensi kaya kan yang penting hidup kita cukup”.

Ketika di total – total. Pengeluaran makan Pak Andhika hanya 10 Ribu Rupiah sedangkan pengeluaran Anya 670 Ribu Rupiah untuk sekali makan. Pak Andhika mengajarkan kita untuk sederhana. Seberapa besar kekayaannmu jangan sampai kekayaan tersebut mengendalikan dirimu sendiri. Setuju deh pak !

Sumber :