Bunda dan si kecil pasti pernah menjumpai teman, kerabat, atau orang lain dengan keterbatasan fisik. Lihat dan perhatikan, bagaimanakah reaksi si kecil Bunda saat melihat orang atau anak lain yang memiliki perbedaan fisik dengannya? Umumnya, anak di atas usia 4 tahun sudah mulai menangkap “perbedaan” itu. Tidak jarang mereka akan melemparkan pertanyaan seperti, “Ma, kenapa dia begitu?” atau “Bunda, kok bapaknya jalan pakai tongkat?” dan lain sebagainya. Maka sudah saatnya Bunda menjelaskan kepada mereka tentang perbedaan tersebut, dan melatihnya untuk menghargai setiap perbedaan pada diri orang lain.
Tanamkan pada diri anak, bahwa Tuhan menciptidakan manusia dengan berbagai keadaan. Misalnya, ada yang kehilangan kaki, sehingga tidak dapat berjalan, namun mereka bisa menjadi ahli dalam menggunakan tangan. Ada yang kehilangan tangan, tapi Tuhan menggantinya dengan kemampuan menggunakan kaki untuk melakukan berbagai hal. Ada yang kehilangan penglihatan, tapi Tuhan memberikan indra perasa yang sangat kuat sehingga tetap dapat membaca dan menulis, dan lain sebagainya. Karena itu semua ciptaan Tuhan, maka kita tidak boleh menghina atau mencela orang lain yang memiliki perbedaan dengannya.
Ajari anak untuk mensyukuri keadaannya yang lebih baik. Bersyukur karena ia memiliki fisik yang lengkap. Karena itu ia harus belajar menjaganya dengan menjaga kesehatan dirinya, mau makan makanan sehat, rajin belajar, serta mau berempati terhadap anak lain yang memiliki kebutuhan khusus dengan tidak mencela dan mengganggu mereka. Melatih anak untuk berani dan mau bermain dengan anak lain yang memiliki keterbatasan fisik. Pada beberapa anak, mungkin akan muncul rasa tidakut pada mulanya. Tapi kita harus menanamkan bahwa kekurangan yang dimiliki orang lain itu tidak boleh ditidakuti, melainkan harus mau menghiburnya karena kita memiliki fisik yang lebih baik. Tanamkan pula bahwa menghibur dan menyenangkan teman itu berpahala.
Ajak anak melakukan permainan empati dengan bermain peran. Misalnya, ia berperan sebagai anak yang memiliki kekurangan fisik. Kemudian tanyakan padanya, bagaimana perasaannya jika ia menjadi anak yang memiliki fisik yang kurang sempurna. Setelah itu, tanamkan nilai moral tentang simpati dan empati padanya dengan bahasa yang ia fahami. Bacakan cerita tentang anak yang memiliki keterbatasan fisik, kemudian tanyakan tanggapannya mengenai cerita tadi, dan apa yang seharusnya ia lakukan untuk membantu anak dalam kisah yang tadi ia baca.
Melatih empati itu harus dimulai sejak dini. Banyak orangtua yang lalai untuk menanamkan rasa empati pada anak-anak mereka, sehingga ketika mereka besar, seringkali anak-anak tadi melakukan tindakan yang tidak terpuji. Ada anak-anak yang suka mencela, menghina, bahkan menyoraki dan melempari temannya yang cacat. Ini dikarenakan orangtua seringkali bersikap cuek, bahkan tidak perhatian dalam masalah ini.
Source: rumahbunda.com