Sintrong, Red-flower Ragleaf (Crassocephalum crepidioides (Benth.) S. Moor.) adalah Tumbuhan terna, dengan tinggi mencapai 1 m. Batang tegak, lunak dan beralur-alur. Daun tersebar dengan tangkai bertelinga. Daun memiliki aroma yang khas apabila diremas dan merupakan daun tunggal. Lembaran daun berbentuk oval, berujung runcing dan tepi daunnya bergerigi. Bunganya majemuk bongkol dengan warna merah diujungnya. Bongkol hijau dengan ujung jingga cokelat hingga merah bata, mengangguk dan tegak setelah menjadi buah. Setelah buahnya mekar akan menyebar berbentuk lingkaran dengan bulu-bulu halus berwarna putih, setelah buah masak penuh biji akan ringan terbawa angin.
Sintrong dapat ditemukan di tanah-tanah terlantar yang subur, tepi sungai, tepi jalan, kebun-kebun teh dan kina, terutama di bagian yang lembab, sawah yang mengering hingga ketinggian 2.500 meter di atas permukaan laut. Di daerah lain Sintrong dikenal dengan nama Jambrong (Betawi), Tespong (Sunda), Taplek (Jawa). Kandungan kimia yang terkandung dalam tanaman ini adalah Saponin, flavonoida dan polifenol.
Khasiat dan cara pengolahannya
Sebagai lalapan
Sintrong yang berbunga merah umum dikonsumsi sebagai lalapan karena memiliki aroma yang
khas yang dapat merangsang nafsu makan.
Mempercepat proses pengeringan dan penyembuhan luka
Daun sebanyak 5 lembar dihaluskan dan ditempelkan ke bagian tubuh yang luka dan ditunggu hingga mengering.
Sebagai obat pencuci perut alami (pencahar), sakit maag dan mual
5-8 lembar daun Sintrong dihaluskan kemudian direbus dengan air secukupnya. Minum selagi hangat.